5 Cara Sukses Dampingi Anak Toilet Training
(Sumber gambar: cleanpng.com)
Memasuki usia 1,5 sampai 2 tahun, biasanya anak akan mulai dikenalkan dengan toilet training yaitu mengajarkan anak untuk Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) di toilet. Namun hendaknya memulai toilet training tidak terpaku pada usia. Tidak semua anak siap menjalaninya di usia 1,5 tahun. Untuk mengetahui anak kita sudah siap atau belum untuk menjalani toilet training, kita perlu mengamatinya secara fisik dan emosional. Beberapa tanda anak sudah siap diantaranya adalah:
1. Anak sudah mampu duduk dengan tegak dan jongkok.
2. Anak mampu menunjukkan ekspresi verbal maupun non verbal saat ingin BAK atau BAB. Selain mampu mengutarakan keinginannya secara lisan, biasanya anak akan menunjukkan beberapa tanda seperti terlihat memegang celananya, jongkok, memperlihatkan ekspresi wajah mengejan atau mukanya memerah, menyilangkan kakinya, mundur di pojokan, atau bahkan bersembunyi.
3. Anak memiliki jadwal BAB di waktu yang sama setiap harinya.
4. Diapers atau popok tidak basah setelah 2 jam diganti.
5. Anak menunjukkan ketertarikan saat berada di toilet.
6. Anak merasa tidak nyaman ketika BAK atau BAB di celana dan meminta untuk segera diganti.
Jika anak sudah tampak siap, toilet training bisa dilakukan secara bertahap. Beberapa tahapan yang perlu dilalui, yaitu:
1. Mengenalkan tentang fungsi toilet.
(Sumber: pngegg.com)
Jelaskan mengapa anak harus BAK dan BAB di toilet, bagaimana cara menggunakan toilet, dan apa saja yang perlu dilakukan sebelum dan sesudah menggunakan toilet. Untuk anak perempuan, ajarkan membasuh alat kelaminnya dari arah depan ke belakang agar kotoran dari anus tidak masuk ke dalam lubang kemaluan. Setelah selesai menggunakan toilet, ajarkan pula cara mencuci tangan yang benar.
2. Ajak anak masuk ke dalam toilet dan perlihatkan cara untuk menggunakannya. Gunakan potty seat atau alas duduk kloset khusus anak jika menggunakan kloset duduk.
3. Ajak anak untuk buang air kecil setiap 2-3 jam sekali. Lakukan hal ini secara konsisten meskipun anak tidak merasa ingin buang air kecil. Hal ini bertujuan agar anak mulai terbiasa buang air kecil di toilet dan tidak merasa takut saat masuk ke toilet.
Meski terlihat mudah, mendampingi anak toilet training membutuhkan kesabaran. Tak jarang orang tua merasa lelah dan bingung saat anak merasa takut, bosan, atau tidak kunjung bisa. Mama bisa terapkan cara ini agar sukses dampingi anak toilet training:
1. Ciptakanlah suasana yang menyenangkan.
Mama bisa memulainya dengan menyanyi bersama seperti lagu "Pipis Poopy Dulu" dari Hey Blo yang bisa ditonton disini atau bermain tebak - tebakan barang apa saja yang ada di toilet.
2. Hindari memaksa apalagi memarahi anak.
Tidak semua anak bisa lulus toilet training dalam waktu cepat. Pahamilah bahwa setiap anak berbeda. Tidak perlu dibandingkan dengan anak orang lain yang terlihat lebih baik dari anak kita. Berikan anak waktu untuk berproses dan berlatih tanpa tekanan.
3. Pujilah usahanya meskipun dia belum berhasil.
4. Gunakan training pants agar selama proses pembiasaan ini air kencing yang tidak bisa ditahan tidak berceceran kemana mana.
(Sumber: amazon.com)
Berbeda dengan memakai diapers, penggunaan training pants akan tetap memberikan rasa tidak nyaman. Celana akan terasa basah dan seharusnya anak akan meminta untuk segera diganti. Pada saat tersebut, Mama bisa mengingatkan anak untuk segera ke toilet saat ingin BAK atau BAB agar celananya tidak basah.
5. Berikan hadiah saat anak berhasil.
Jika anak mampu mengungkapkan keinginannya untuk buang air kecil atau buang air besar dan bisa menahannya hingga masuk ke toilet, berikan 1 buah bintang yang terbuat dari kertas lipat warna warni dan tempelkan bintang tersebut pada sebuah kertas manila atau papan. Jika anak Mama berhasil mengumpulkan 10 bintang (jumlah bisa disesuaikan), berikanlah hadiah. Dengan begitu, anak akan semangat untuk berlatih.
Komentar
Posting Komentar